AUDITING DAN JASA ASSURANCE, Jilid 1, Edisi 15, by Arens et al.
LAPORAN AUDIT
(CHAPTER 3)
LAPORAN AUDIT
STANDAR TANPA PENGECUALIAN UNTUK ENTITAS NONPUBLIK
Laporan audit
standar tanpa pengecualian berisi delapan bagian yang berbeda yaitu:
1.
Judul
laporan. Standar auditing mensyaratkan bahwa laporan harus diberi
judul yang mengandung kata independen.
Contoh : “laporan auditor independen”. Kewajiban mencantumkan kata independen dimaksudkan untuk memberi
tahu para pemakai laporan bahwa audit tersebut dalam segala aspeknya
dilaksanakan secara tidak memihak atau tidak bias.
2.
Alamat
laporan audit. Laporan ini umumnya ditujukan kepada perusahaan para
pemegang saham, atau dewan direksi perusahaan untuk menunjukkan bahwa auditor
independen terhadap perusahaan.
3.
Paragraf
pendahuluan. Paragraf pertama laporan menunjukkan bahwa kantor akuntan
publik bersangkutan telah melaksanakan
audit. Paragraf pertama juga menyatakan laporan keuangan yang telah diaudit,
termasuk catatan atas laporan keuangan dan tanggal neraca serta periode
akuntansi untuk laporan laba rugi dan laporan arus kas.
4.
Tanggung
jawab manajemen.
Judul dan paragraf ini menyatakan bahwa laporan keuangan merupakan tanggung
jawab manajemen. Tanggung jawab ini meliputi pemilihan prinsip-prinsip
akuntansi yang tepat dan penyelenggaraan pengendalian internal atas pelaporan
keuangan yang mencukupi untuk penyajian laporan keuangan yang bebas dari salah
saji yang material akibat kecurangan atau kesalahan.
5.
Tanggung
jawab auditor.
Bagian pada tanggung jawab auditor berisi tiga paragraf. Paragraf pertama
menyatakan bahwa audit telah dilaksanakan sesuai dengan standar auditing yang
berlaku di A.S. Paragraf ini juga menyatakan bahwa audit dirancang untuk
memperoleh keyakinan yang memadai
bahwa laporan keuangan telah bebas dari salah
saji yang material (material
misstatement). Paragraf kedua
menguraikan ruang lingkup audit dan
bukti audit yang dikumpulkan. Paragraf ini menunjukkan bahwa prosedur yang
digunakan tergantung pada pertimbangan auditor dan mencakup penilaian risiko
salah saji yang material dalam laporan keuangan. Paragraf ketiga menunjukkan
auditor yakin bahwa bukti audit yang tepat dan mencukupi telah diperoleh demi
mendukung pendapat auditor.
6.
Paragraf
pendapat. Paragraf terakhir dalam laporan audit standar menyatakan
kesimpulan auditor berdasarkan hasil audit. Bagian laporan ini begitu penting,
sehingga sering kali keseluruhan laporan audit dinyatakan secara sederhana
sebagai pendapat auditor.
7.
Nama
dan Alamat KAP. Nama mengidentifikasi kantor akuntan publik (KAP) atau
praktisi yang melaksanakan audit. Biasanya yang dituliskan adalah nama kantor
akuntan publik, karena seluruh bagian dari kantor akuntan publik mempunyai
tanggung jawab hukum dan profesional. Kota dan Negara bagian lokasi KAP itu
juga harus dicantumkan.
8.
Tanggal
laporan audit.
Tanggal yang tepat untuk dicantumkan pada laporan audit adalah ketika auditor
menyelesaikan prosedur audit di lokasi pemeriksaan. Tanggal ini merupakan hal
yang penting bagi para pemakai laporan karena menunjukkan hari terakhir dari
tanggung jawab auditor untuk mereview peristiwa-peristiwa penting yang terjadi
setelah tanggal laporan keuangan.
Laporan audit standar tanpa pengecualian diterbitkan bila
kondisi-kondisi berikut terpenuhi :
1.
Semua laporan – neraca, laporan laba rugi,
laporan perubahan ekuitas pemegang saham, dan laporan arus – kas sudah termasuk
dalam laporan keuangan.
2.
Bukti audit yang cukup memadai telah
terkumpul, dan auditor telah melaksanakan penugasan audit ini dengan cara yang
memungkinkannya untuk menyimpulkan bahwa audit ini dengan cara yang
memungkinkannya untuk menyimpulkan bahwa audit telah dilaksanakan sesuai dengan
standar auditing.
3.
Laporan keuangan telah disajikan sesuai
dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum atau kerangka kerja
akuntansi lainnya yang sesuai.
4.
Tidak terdapat situasi yang membuat auditor
merasa perlu untuk menambahkan sebuah paragraf penjelasan atau modifikasi
kata-kata dalam laporan audit.
LAPORAN AUDIT
STANDAR TANPA PENGECUALIAN DAN LAPORAN TENTANG PENGENDALIAN INTERNAL ATAS
PELAPORAN KEUANGAN MENURUT STANDAR AUDITING
Terdapat dua perbedaan pelaporan audit yang signifikan untuk
perusahaan publik. Pertama, laporan audit standar tanpa pengecualian berbeda
untuk audit laporan keuangan perusahaan publik. Kedua, auditor perusahaan
publik berukuran besar juga harus menerbitkan pendapat tentang pengendalian
internal atas pelaporan keuangan.
Laporan audit standar tanpa pengecualian untuk perusahaan
publik meliputi tiga paragraf. Judul laporan, alamat, nama kantor akuntan, dan
tanggal laporan audit adalah serupa bagi perusahaan publik dan entitas
non-publik.
Paragraf
pertama adalah paragraf pendahuluan dan menunjukkan bahwa audit telah
dilaksanakan serta laporan keuangan telah diaudit.
Paragraf
kedua adalah paragraf ruang lingkup menurut tanggung jawab auditor, dan
menunjukkan bahwa audit dirancang untuk memberikan kepastian yang layak bahwa
laporan keuangan telah bebas dari salah saji yang material.
Paragraf
ketiga adalah paragraf pendapat yang disebut laporan audit tentang pengendalian
internal.
LAPORAN AUDIT
WAJAR TANPA PENGECUALIAN DENGAN PARAGRAF PENJELASAN ATAU MODIFIKASI KATA-KATA
Laporan audit
wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan atau modifikasi perkataan memenuhi
kriteria audit yang lengkap dengan hasil yang memuaskan dan laporan keuangan
yang disajikan secara wajar, tetapi auditor merasa penting atau wajib untuk
memberikan informasi tambahan.
Berikut ini
adalah penyebab paling penting dari penambahan paragraf penjelasan atau
modifikasi kata-kata pada laporan wajar tanpa pengecualian standar baik menurut
standar auditing AICPA maupun PCAOB :
·
Tidak adanya aplikasi yang konsisten dari
prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP)
·
Keraguan yang substansial mengenai going concern
·
Auditor setuju dengan penyimpangan dari
prinsip akuntansi yang dirumuskan
·
Penekanan pada suatu hal atau masalah lain
·
Laporan yang melibatkan auditor lain
Hanya laporan yang pembuatannya melibatkan auditor lain yang
memerlukan modifikasi kata-kata. Empat laporan yang pertama memerlukan suatu
paragraf penjelasan. Pada setiap kasus, paragraf laporan standar tetap
disertakan tanpa modifikasi, dan paragraf penjelasan yang terpisah akan diikuti
dengan paragraf pendapat.
Standar auditing mensyaratkan auditor untuk memperhatikan
situasi dimana prinsip-prinsip akuntansi tidak diterapkan secara konsisten pada
periode berjalan dalam kaitannya dengan periode sebelumnya.
Konsistensi vs
Komprabilitas. Auditor harus mampu membedakan antara perubahan yang
mempengaruhi konsistensi pelaporan dengan perubahan yang dapat mempengaruhi
konsistensi pelaporan dengan perubahan yang dapat mempengaruhi komprabilitas
tetapi tidak mempengaruhi konsistensi. Berikut ini adalah contoh-contoh
perubahan yang mempengaruhi konsistensi dan karenanya, memerlukan paragraf
penjelasan jika perubahan tersebut bersifat material :
1.
Perubahan prinsip akuntansi, seperti
perubahan metode penilaian persediaan dari FIFO menjadi LIFO.
2.
Perubahan entitas pelaporan, seperti
penambahan perusahaan baru dalam laporan keuangan gabungan.
3.
Koreksi kesalahan yang melibatkan
prinsip-prinsip akuntansi, yaitu dengan mengubah prinsip akuntansi yang tidak
berlaku umum menjadi prinsip akuntansi yang berlaku umum, termasuk koreksi
kesalahan yang diakibatkannya.
Perubahan yang mempengaruhi komprabilitas tetapi tidak
mempengaruhi konsistensi sehingga tidak perlu dimasukkan dalam laporan audit
adalah sebagai berikut :
1.
Perubahan estimasi, seperti penurunan umur
manfaat aset untuk tujuan penyusutan.
2. Koreksi kesalahan yang tidak melibatkan
prinsip akuntansi, seperti kesalahan matematis tahun sebelumnya.
3.
Variasi format dan penyajian informasi
keuangan.
4.
Perubahan yang terjadi akibat transaksi
atau peristiwa yang sangat berbeda, seperti usaha dalam riset dan pengembangan
yang baru atau penjualan anak perusahaan.
Sekalipun tujuan audit bukan untuk mengevaluasi kesehatan
keuangan perusahaan, auditor memiliki tanggung jawab menurut standar auditing
untuk mengevaluasi apakah perusahaan mempunyai kemungkinan untuk tetap bertahan
(going concern). Sebagai contoh,
keberadaan satu atau lebih faktor-faktor berikut dapat menimbulkan
ketidakpastian mengenai kemampuan perusahaan untuk terus bertahan :
1. Kerugian operasi atau kekurangan modal
kerja yang berulang dan signifikan.
2. Ketidakmampuan perusahaan untuk membayar
kewajibannya ketika jatuh tempo.
3. Kehilangan pelanggan utama, terjadi bencana
yang tidak dijamin oleh asuransi seperti gempa bumi atau banjir, atau masalah
ketenagakerjaan yang tidak biasa.
4. Pengadilan, perundang-undangan, atau
hal-hal serupa lainnya yang sudah terjadi dan dapat membahayakan kemampuan
entitas untuk beroperasi.
Laporan yang
Melibatkan Auditor Lain. CPA atau akuntan publik sering mengandalkan
kantor akuntan publik (KAP) yang berbeda untuk melakukan sebagian audit apabila
kliennya memiliki operasi yang luas.
1.
Tidak
Memberikan Referensi dalam Laporan Audit. Apabila tidak
ada referensi yang diberikan kepada auditor lainnya, maka pendapat wajar tanpa
pengecualian standar akan diberikan kecuali ada situasi lain yang mengharuskan
adanya penyimpangan.
2.
Memberikan
Referensi dalam Laporan (Laporan dengan Modifikasi Kata-kata). Jenis
laporan ini disebut juga sebagai laporan atau pendapat bersama. Laporan bersama
yang wajar tanpa pengecualian adalah laporan yang tepat untuk diterbitkan
apabila proporsi laporan keuangan yang diaudit oleh auditor lain bersifat
material terhadap keseluruhan laporan.
3.
Mengeluarkan
Pendapat Wajar dengan Pengecualian. Pendapat wajar dengan
pengecualian atau menolak memberikan pendapat, bergantung pada materialitas,
diperlukan jika auditor utama tidak ingin memikul tanggung jawab apa pun atas
pekerjaan auditor lain. Auditor utama dapat juga memutuskan bahwa diperlukan
kualifikasi bagi keseluruhan laporan jika auditor lain memberikan pendapat
wajar dengan pengecualian atas sebagian laporan keuangan yang telah diauditnya.
PENYIMPANGAN DARI
LAPORAN AUDIT WAJAR TANPA PENGECUALIAN
1. Ruang Lingkup Audit Dibatasi
(Pembatasan Ruang Lingkup)
Apabila
auditor tidak dapat mengumpulkan bukti audit yang mencukupi untuk menyimpulkan
apakah laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan kerangka kerja pelaporan
keuangan yang tepat, maka terjadi pembatasan ruang lingkup audit. Ada dua
penyebab utama pembatasan ruang lingkup audit: pembatasan oleh klien dan
pembatasan yang disebabkan oleh situasi yang berada diluar kendali klien atau
auditor.
2. Laporan Keuangan Disusun Tidak
Sesuai Dengan Prinsip-Prinsip Akuntansi
yang Berlaku Umum (Penyimpangan GAP)
Sebagai
contoh, jika klien bersikeras menggunakan biaya pengganti (replacement cost)
untuk aset tetapnya atau menilai persediaannya pada harga jual ketimbang
biaya historis sebagaimana diharuskan oleh prinsip-prinsip akuntansi yang
berlaku umum, maka diperlukan penyimpangan dari laporan wajar tanpa
pengecualian. Apabila prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum di A.S. Atau
International Financial Repoting Standard (IFRS) diterapkan dalam konteks ini,
maka pertimbangan auditor atas memadainya seluruh pengungkapan informatif,
termasuk catatan kaki secara khusus sangat penting.
3. Auditor Tidak Independen
Independensi
umumnya ditentukan oleh peraturan 101 dari aturan kode perilaku profesional.
Apabila salah satu dari ketiga kondisi itu memerlukan penyimpangan dari
laporan wajar tanpa pengecualian yang ada dan bernilai materil, maka laporan
selain laporan wajar tanpa pengecualian
harus diterbitkan. Tiga jenis utama laporan aufit yang diterbitkan
menurut ketiga kondisi tersebut adalah pendapat wajar dengan pengecualian (qualified
opinion), pendapatan tidak wajar (adverse opinion), serta menolak
memberikan pendapat (disclainer of opinion).
Laporan Pendapat
Wajar dengan Pengecualian (qualified opinion) dapat diterbitkan
akibat pembatasan ruang lingkup audit atau kelalaian untuk memenuhi prinsip
akuntansi yang berlaku umum. Laporan pendapat wajar dengan pengecualian dapat
diterbitkan hanya apabila auditor menyimpulkan bahwa laporan keuangan secara
keseluruhan telah disajikan secara wajar. Laporan pendapat tidak wajar atau
menolak memberikan pendapat harus diterbitkan jika auditor merasa yakin bahwa
kondisi yang dilaporkan tersebut bersifat sangat material.
Laporan wajar pengecualian dapat berbentuk
kualifikasi atau pengecualian atas ruang lingkup dan pendapat audit maupun
pengecualian atas pendapat saja. Pengecualian ruang lingkup dan pendapat audit
dapat diterbitkan hanya apabila auditor tidak mampu mengumpulkan semua bukti
audit yang disyaratkan oleh standar auditing. Karena itu, jenis pengecualian
ini digunakan apabila ruang lingkup auditor dibatasi oleh klien atau apabila
ada situasi yang menghalangi auditor untuk melaksanakan audit secara lengkap.
Pendapat Tidak Wajar
(adverse opinion) digunakan hanya apabila auditor yakin bahwa laporan keuangan
secara keseluruhan mengandung salah saji yang material atau menyesatkan
sehingga tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan atau hasil operasi dan arus kas sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP). Laporan pendapat tidak wajar hanya
dapat diterbitkan apabila auditor memiliki pengetahuan, setelah melakukan
investigasi yang mendalam, bahwa tidak ada kesesuaian dengan GAAP/PSAK. Hal ini
jarang terjadi sehingga pendapat tidak wajar jarang sekali diterbitkan.
Menolak memberikan
pendapat (disclaimer of opinion) diterbitkan apabila auditor
tidak dapat meyakinkan dirinya sendiri bahwa laporan keuangan secara
keseluruhan telah disajikan secara wajar. Kebutuhan untuk menolak memberikan
pendapat akan timbul apabila terdapat pembatasan ruang lingkup audit atau
terdapat hubungan yang tidak independen menurut kode perilaku profesional
antara auditor dan kliennya. Kedua situasi ini menghalangi auditor untuk
mengeluarkan pendapat atas laporan keuangan secara keseluruhan. Auditor juga
memiliki opsi untuk menolak memberikan pendapat pada masalah kelangsungan hidup
perusahaan (going concern).
MATERIALITAS
Materialitas
adalah pertimbangan penting dalam menentukan jenis laporan yang tepat untuk
diterbitkan dalam situasi tertentu. Sebagai contoh, jika salah saji relatif
tidak material terhadap laporan keuangan suatu entitas selama periode berjalan,
maka tepat untuk menerbitkan pendapat wajar tanpa pengecualian. Contoh umumnya
adalah membebankan segera perlengkapan kantor, bukannya membukukan sebagian
yang belum digunakan ke dalam persediaan karena jumlahnya tidak signifikan.
Situasinya
akan berubah total bila jumlahnya begitu signifikan sehingga keseluruhan
laporan keuangan akan dipengaruhi secara material. Dalam kondisi ini, auditor
perlu menolak memberikan pendapat atau menerbitkan pendapat tidak wajar,
tergantung pada apakah yang terlibat adalah pembatasan ruang lingkup atau
penyimpangan dari GAAP. Dalam situasi-situasi yang tingkat materialitasnya
lebih rendah, akan lebih tepat jika menerbitkan pendapat wajar dengan
pengecualian.
Tingkat Materialitas
Dalam
penerapan definisi materialitas, terdapat tiga tingkat materialitas digunakan
untuk menentukan jenis pendapat yang akan diterbitkan.
1.
Jumlahnya tidak material
Apabila
ada salah saji dalam laporan keuangan tetapi cenderung tidak mempengaruhi
keputusan pemakai laporan, hal tersebut dianggap sebagai tidak material. Karena
itu, pendapat wajar tanpa pengecualian layak diterbitkan. Sebagai contoh,
asumsikan bahwa manajemen mencatat asuransi dibayar dimuka sebagai aset pada
tahun sebelumnya dan memutuskan untuk membebankannya dalam tahun berjalan guna
mengurangi biaya pemeliharaan catatan. Ini berarti manajemen gagal mematuhi
GAAP/PSAK, tetapi jika jumlahnya sedikit, maka salah saji tersebut tidak
material dan laporan audit wajar tanpa pengecualian standar tepat untuk
diterbitkan.
2.
Jumlahnya material tetapi tidak memperburuk laporan keuangan
secara keseluruhan Tingkat materialitasnya yang kedua terjadi apabila salah
saji dalam laporan keuangan akan mempengaruhi keputusan para pemakai laporan
itu, tetapi laporan keuangan secara keseluruhan tetap disajikan secara wajar
sehingga masih berguna. Sebagai contoh, pengetahuan akan salah saji yang besar
dalam aset tetap mungkin mempengaruhi keinginan pemakai untuk meminjam uang
kepada perusahaan jika aset itu adalah jaminannya. Salah saji dalam
persediaannya tidak berarti bahwa kas, piutang usaha, dan unsur-unsur laporan
keuangan lainnya, atau laporan keuangan secara keseluruhan, tidak benar secara
material.
Apabila
auditor menyimpulkan bahwa salah saji material tetapi tidak mempengaruhi
laporan keuangan secara keseluruhan, maka pendapat yang tepat adalah pendapat
wajar dengan pengecualian ( dengan menggunakan “kecua;i untuk” )
3.
Jumlahnya sangat material atau begitu pervasif sehingga
kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan diragukan. Tingkat materialitas
tertinggi terjadi apabila pemakai mungkin akan membuat keputusan yang tidak
benar jika mereka mengandalkan laporan keuangan secara keseluruhan. Kembali
pada contoh sebelumnya, jika persediaan merupakan saldo terbesar dalam laporan
keuangan, maka salah saji yang besar mungkin akan begitu material sehingga
laporan auditor harus menunjukkan bahwa laporan keuangan secara keseluruhan tidak
dapat dipandang sebagai telat disajikan secara wajar. Apabila terwujud tingkat
materialitas yang tertinggi, auditor harus menolak memberikan pendapat atau
memberikan pendapat tidak wajar, tergantung pada kondisi yang ada.
Bila salah saji menjadi lebih pervasif, kemungkinan untuk
menerbitkan pendapat tidak wajar, alih-alih pendapat wajar dengan pengecualian,
akan semakin tinggi. Sebagai contoh, andaikan auditor memutuskan bahwa
misklasifikasi antara kas dan piutang usaha akan menghasilkan pendapat wajar
dengan pengecualian karena kesalahan tersebut dianggap material, kegagalan
untuk mencatat penjualan dalam jumlah uang yang sama dapat mengakibatkan
diterbitkannya pendapat tidak wajar karena pengaruh pervasif itu.
Keputusan
materialitas
Dalam
konsepnya, pengaruh materialitas terhadap jenis pendapat yang diterbitkan
bersifat langsung. Dalam aplikasinya, memutuskan materialitas aktual merupakan
pertimbangan yang sulit dalam situasi tertentu. Tidak ada pedoman yang
sederhana dan didefinisikan dengan jelas yang memungkinkan auditor memutuskan
kapan suatu hal dianggap tidak material, material, atau sangat material.
Evaluasi terhadap materialitas juga tergantung pada apakah situasinya
melibatkan kegagalan untuk mengikuti GAAP atau pembatasan ruang lingkup audit:
1.
Keputusan Materialitas -
Kondisi Non-GAAP Apabila klien gagal
dalam mengikuti GAAP, maka laporan audit akan berupa pendapat wajar tanpa
pengecualian, pendapat wajar dengan pengecualian, atau pendapat tidak wajar,
tergantung pada materialitas dari penyimpangan yang terjadi. Beberapa aspek
materialitas harus dipertimbangkan.
2.
Jumlah Dolar dibandingkan dengan dasar tertentu Masalah utama dalam mengukur materialitas apabila klien
gagal mematuhi GAAP biasanya adalah total dolar salah saji pada akun-akun yang
terlibat, yang dibandingkan dengan beberapa dasar pengukuran.
3.
Keputusan Materialitas - Kondisi pembatasan ruang lingkup
audit Apabila terdapat pembatasan
ruang lingkup audit, laporan audit dapat berupa pendapat wajar tanpa
pengecualian, ruang lingkup dan pendapat wajar dengan pengecualian, atau
menolak memberikan pendapat, tergantung pada materialitas pembatasan ruang
lingkup audit tersebut.
KEPUTUSAN TENTANG
KONDISI YANG MEMRLUKAN
1.
Ruang Lingkup Auditor Dibatasi
Ada dua
kategori utama pembatasan ruang lingkup audit: pembatasan yang disebabkan oleh
klien dan yang disebabkan oleh kondisi-kondisi yang berada di luar kendali
klien maupun auditor. Untuk pembatasan yang disebabkan oleh klien, auditor
harus mempertimbanhkan kemungkinan bahwa manajemen berusaha mencegah
ditemukannya informasi yang salah saji. Dalam kasus seperti ini, standar
auditing menyarankan menolak memberikan pendapat bila materialitasnya
diragukan. Apabila pembatasan ruang lingkup audit disebabkan oleh
kondisi-kondisi yang berada diluar kendali klien, maka ruang lingkup dan
pendapat wajar dengan pengecualian mungkin akan diterbitkan.
2.
Laporan Tidak Sesuai dengan GAAP
Apabila
auditor mengetahui bahwa laporan keuangan dapat menyesatkan karena tidak
disiapkan sesuai dengan GAAP, dan klien tidak mampu atau tidak bersedia
mengoreksi salah saji itu, ia harus menerbtikan pendapat wajar dengan
pengecualian atau pendapat tidak wajar, tergantung pada materialitas pos yang
dipertanyakan. Pendapat itu harus dengan jelas menyatakan sifat penyimpangan
dari prinsip akuntansi yang berlaku umum serta jumlah salah saji tersebut, jika
diketahui.
3.
Auditor Tidak Independen
Jika
auditor tidak dapat memnuhi persyaratan independansi yang dinyatakan dalam kode
perilaku professional, maka penolakan memberikan pendapat harus dilakukan
walaupun semua prosedur audit yang dianggap perlu dalam situasi tersebut telah
dilaksakan.
Tidak
adanya independansi akan mengesampingkan semua pembatasan ruang lingkup audit
lainnya. Karena itu, tidak ada alasan lain untuk menolak memberikan pendapat
yang harus disinggung lagi. Tidak boleh ada perkataan tentang pelaksanaan
prosedur audit apa pun dalam laporan. Akibatnya, laporan audit ini merupakan
laporan audit satu paragraf.